Selasa, 05 Agustus 2008

penyejuk kalbu

saat ini banyak dari kaum muslim yang handal dalam berbagai bidang, dan tak sedikit pula dari mereka mengetahui mana yang bermanfaat bagi sesama, ya... memang secara harfiah dan fitrahnya semua manusia ingin berguna bagi ssama namun ada banyak yang salah kaprah... maka qta senan tiasa mengingatkan..

Senin, 04 Agustus 2008

bagi yang mundur di jalan dakwah

Sebuah renungan bagi yang ingin mundur dari jalan dakwah ini !!!
Antum pernah berkata, bahwa ada atau tidak adanya Antum, dakwah ini akan tetap berjalan. Aku katakan Ya, memang akan seperti itu... akan tetap selalu ada orang2 yang teguh menegakkan Islam ini. Hanya saja ketika antum mengendur atau bahkan mundur, dengan segala alasan-alasanmu, antum telah berbuat dzalim terhadap ana. Antum telah berbuat aniaya terhadap ana, dan bisa jadi pula terhadap saudara-saudaraku yang lain. Wahai saudaraku yang sedang mendzalimi, ketika kau beralasan kau ingin mementingkan akademikmu, sehingga kau pun mundur, sadar atau tidak, antum telah mendzalimi ana. Apa kau kira aku dan bahkan kedua orang tuaku tidak menginginkan IP yang bagus? Tidak saudaraku.. sekali-kali tidak!! ketahuilah bahwa sesungguhnya hanya dengan itu aku bisa menyenangkan kedua orang tuaku. Orang tuaku-seperti halnya orang tuamu- menginginkan aku bisa berprestasi di kuliahan. Mereka hanya akan tahu IP-ku, tanpa terlalu peduli kegiatan apa saja yang sudah aku jalankan di kampus, berapa manusia yang sudah aku dakwahi di kampus ini, beserta karya-karya apa saja yang sudah ana hasilkan untuk kampus yang lebih madani ini. Tidak, bukan seperti itu, sederhana, karena mereka bukan orang kampus. Kuliah pun tak pernah, maka jangan kau tanya mereka bisa se-idealis ana atau antum. Mereka hanya tahu berapa IP-ku. Dan mereka akan senang ketika tahu IP putranya bagus. Sebagai imbal balik bahwa jerih payah keringat yang selama ini mereka keluarkan tidaklah sia-sia. Tak bisakah antum bayangkan, bagaimana ibu ana yang rela sampai bergadang membuat jajan untuk dijual ke tetangga-tetangga kami.

Bagaimana ibu ana yang sampai rela makan nasi karak (nasi yang dijemur lalu di masak kembali) hanya agar anaknya bisa makan nasi. Bagaimana ibu ana yang sampai menggadaikan perhiasan emasnya, dan sepeda motor keluarga untuk membiayai anaknya kuliah. Bagaimana ibu ana yang kepayahan membuat jajan pesanan hingga terkena stroke hanya agar bisa mengirim uang bulanan untuk putranya. Bagaimana ibu sampai berhutang ke tetangga agar putranya dapat mengikuti sebuah lomba.... Wahai saudaraku.... salahkah aku jika ingin membahagiakan mereka, dengan setidaknya menunjukkan sebuah nilai-nilai yang bagus di KHS-ku?? Jika antum ingin, maka ana pun jauh lebih ingin daripada antum. Dan ketika kau mulai menunjukkan sisi-sisi egoisme mu, sisi-sisi individualismu, maka kau pun melepas pilar amanah yang selama ini kau pegang. Kau tahu akibatnya? beban yang kami tanggung pun lebih berat!!! karena kami tak lagi menanggung apa yang memang seharusnya kami tanggung, namun kami juga harus menanggung apa yang kau lemparkan kepada kami. Jangan tanya waktu belajarku! karena sebelum kau membebankan semua itu pada kami, waktu belajarku pun sudah berkurang drastis. Waktuku untuk belajar di perkuliahan ini tak lagi banyak seperti di semester-semester awal dulu. Dan ketika kau mengatakan bahwa kau ingin mundur dengan alasan tujuanmu disini adalah kuliah, sungguh rasa-rasanya aku ingin menampar antum. Seandainya antum ada didepanku saat mengucapkan hal itu, barangkali sudah merah pipimu itu terkena tamparanku. Bagaimana tidak? Ya, dakwah memang akan tetap berjalan, namun hanya dengan sedikit tiang penopang. Waktu studiku yang sudah sedikit (padahal sudah ambil 18SKS) kini pun harus semakin terpotong karena menerima limpahan dari antum. Karena keegoisan saudaraku seiman... Masya Allah. Tidakkah antum melihatnya?? Terkadang aku berpikir, betapa dzalim saudaraku tanpa ia sadari. Buka matamu ya akhi, ya ukhti!!! Tidakkah antum melihatnya? Tidak kasihankah antum pada ibuku? Aku tak tahu, bagaimana IPku semester ini nanti. Jika kau pikir hanya akademik-mu yang turun, maka aku katakan, punya ku pun juga turun.
Jika antum tahu, betapa banyak tugas-tugas yang tak bisa aku kerjakan dan hanya dikerjakan oleh rekan satu kelompokku, betapa banyak quiz-quiz ataupun UTS ku yang berantakan hanya karena aku tak sempat dan tak bisa belajar secara maksimal. Betapa terkadang begitu sulit untuk sekedar berkonsentrasi mendengarkan dosen karena ada pikiran amanah yang berseliweran. Namun ketahuilah saudaraku, barangkali bedanya antara ana dan antum adalah, aku tak pernah menyalahkan dakwah ini, tak pernah pula aku salahkan amanah yang aku pegang, tak pernah aku salahkan, bahkan mengeluhpun pun aku malu!!!. Aku pun tak mengesampingkan dakwah, untuk meletakkan amanah-amanah itu dan hanya meninggalkan binder dan laptopku untuk kuliah. Tidak, sungguh aku berlindung dari perbuatan murahan seperti itu!! Ya Akhi, ya ukhti, sungguh ini ana katakan pada antum bukanlah mengada-ngada. Tidaklah ana berkata melainkan kenyataan yang sedang ana hadapi sekarang ini!!. Ah, ingin rasanya aku meminta maaf pada teman-teman sekuliahku. Karena amanah yang berat ini, terkadang aku mendzalimi mereka. Tugas-tugas yang seharusnya kelompok, kini aku tak bisa banyak berkontribusi. Padahal jika antum tahu, ana lah tulang punggung harapan mereka, ana-lah yang sering mereka andalkan mengerjakan tugas-tugas, dan bahkan ana-lah yang mereka percayai sebagai ketua kelompok!!! Namun ketika amanah itu bertambah berat,waktuku kini harus terbagi banyak antara amanah dakwah dan sungguh satu hal yang mengharukan ketika mereka tidak pernah mem-protesku, tidak pernah mengeluhkan betapa padatnya jadwalku, dan mereka pun tidak pernah menyarankan ku untuk keluar saja dari amanah ini dan terus membantu mereka!!! Tidak, justru mereka memberikan dukungannya kepadaku... padahal mereka adalah orang-orang yang bisa ana katakan SO. Maka sungguh dzalim, ketika sahabat dakwahku justru pergi meninggalkanku sambil menyisakan beban berat amanah dakwahnya kepadaku?? Seorang sahabat dakwahku, seorang saudaraku seakidah, justru Ya akhi, ya ukhti!!! aku tak tega memberi penjelasan pada rekan-rekan sekelompok kuliahku!! Andai mereka tahu apa yang antum perbuat pada ana, tentulah mereka akan menatapmu dengan pandangan-pandangan tajam seolahingin menerkammu!! Ah Entahlah, alasan akademik.... Allah maha tahu apa yang diperbuat hambanya, baik sembunyi-sembunyi, ataupun terang-terangan. Allah maha tahu, seluruh alasan kita, dan Allah maha tahu pula bagaimana kondisi kita yang sebenarnya. Ketika antum berkata bahwa amanah yang antum pegang sudah banyak, masya Allah. Sungguh alasan yang ingin membuatku ingin tertawa, tertawa karena sungguh lucu. Wahai saudaraku, ana tak tahu, mana yang lebih banyak amanahnya, antum ataukah ana? Berapa amanah yang antum pegang sekarang? satu? dua? apakah itu disatu fakultas/wajihah saja? Atau di beberapa tempat? Ketika antum berkata dengan memegang 2 amanah antum sudah keberatan, dan kau ingin mundur dari amanah yang kau anggap lebih berat, padahal antum sangat diperlukan disana, hanya membuatku beristighfar. Padahal di dua amanah tersebut antum hanyalah seorang staf, bukan seorang dengan amanah seberat ana sekarang. Jika antum mengatakan antum takut tidak amanah, maka sungguh ANA JAUH LEBIH TAKUT DARI ANTUM. Antum mungkin hanya memegang 1-2 amanah yang ana lihat tidaklah seberapa besar. Silakan bandingkan dengan ana!! Berapa kali lipat yang antum bisa hitung? Sungguh amanah kepemimpinan membuat pemegangnya seperti dikatakan, satu kaki sudah berada di neraka, sementara kaki satunya belum tentu lagi di Syurga. Wahai saudaraku, ana tanya sekali lagi, Siapa yang seharusnya lebih takut, antum ataukah ana??? Apa perlu ana list ke antum, berapa amanah yang ana pegang sekarang? Sebagai apa saja ana di masing-masing amanah tersebut? Apa perlu??? Sungguh pun, terkadang sangat ingin rasanya ana meng-copy diri ana dan meletakkan masing-masing salinan dari ana tersebut di masing-masing amanah yang ana pegang. Semata-mata karena ana ingin agar dakwah senantiasa berjalan, meskipun itu hanya satu orang!! Ah entahlah, alasan banyak amanah, sungguh Allah tidaklah memberi melainkan sesuai kesanggupan hambaNya, maka alangkah celakanya apabila kita mengatakan Kita tidak sanggup!! padahal tak lain kita hanya berlindung dari kemalasan kita... Naudzubillah... Lantas apa bedanya kita dengan orang-orang munafik yang meminta maaf pada Rasulullah karena tidak ikut perang tabuk.. dengan berbagai alasan mereka? Sungguh Allah Maha Adil, bisa jadi alasan itu diterima kita di dunia, tapi jangan harap kita bisa beralasan di hadapan Allah kelak. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanay yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." (Al Anfaal 27) Ketika antum berkata bahwa antum meskipun mundur, setidaknya masih bisa membantu sedikit-sedikit, ana pun jadi bertanya-tanya. Apakah penyakit wahn, cinta dunia dan takut mati, itu sudah melekat di hati para da'i-da'i sekarang? Wahai saudaraku, tidakkah kau rindu Syurga? tidakkah antum ingin menambah pahala-pahala di sisi Allah? Tidakkah antum mau ber-investasi dalam dakwah ini? dalam kontribusi untuk kebangkitan Ummat Islam ini? Sungguh penonton lah yang membayar tiket, sedangkan pemain yang akan mendapatkan hadiah dan kemenangannya. Begitu bodohkah manusia-manusia sekarang ini, sampai-sampai Syurga yang ada di hadapannya, tak terbersit keinginan untuk mengejarnya. Justru kita memperturutkan syahwat kemalasan kita untuk tak terlalu aktif dalam dakwah, untuk selangkah demi selangkah mundur secara teratur. Berada pada titik kelembaman setiap manusia, kemalasannya. Ah sungguh memalukan orang hebat namun tak berdaya guna sedikitpun. Layaknya perhiasan yang indah, namun jauh tersembunyi nun jauh disana tanpa ada yang memiliki. Lantas apa bedanya antum dengan orang-orang kikir itu? Jika jutawan-jutawan itu mereka tak mau mengeluarkan uangnya karena kikir, maka antum sangat pelit mengeluarkan waktu dan potensimu hanya karena syahwat kemalasan itu. Maka apa bedanya antum dengan mereka? Mereka kikir terhadap harta mereka, dan antum kikir terhadap ilmu dan potensi antum. Sungguh buruklah orang-orang yang kikir...!! Sungguh buruklah orang-orang yang kikir...!! Dan sungguh lebih buruk lagi orang yang karena kekikirannya membuat dakwah Islam justru terganggu. Padahal jika antum mau membuka mata dan hati antum, tentulah antum akan tahu bahwa di sekitar kita, banyak orang yang berkebalikan dengan kita. Mereka yang ber-fastabiqul syaiah, berlomba-lomba dalam keburukan bahkan secara terorganisir. Maka alangkah anehnya jika diantara orang-orang yang rajin ibadahnya, yang bagus hafalannya, justru menjauh dari fastabiqul khairat. Sungguh aneh jika ada ikhwan berjenggot tipis dan celana sebetis, atau akhwat dengan jilbab besar melambai justru mundur dari fastabiqul khairot, dan merasa cukup dengan amal-amalnya sekarang. Ah biarlah, alasan dakwah ini akan jalan meski katanya tanpa kita... meski kita m undur... (alasan yang aneh). Ah biarlah. Barangkali saja mereka ada yang lupa dalam pemikirannya, bahwa Bagaimana Allah akan memberikan Syurga pada hambaNya yang justru menjauh dari jalan ke syurga itu sendiri? Sungguh lucu orang yang menjauh dari Syurga...?? Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?; (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.; Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke jannah yang mengalir sibawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. (QS. Ash Shaff 10-12) Ketika antum berkata bahwa antum merasa tidak diperhatikan di tandzim ini, aku pun semakin tertawa. Andai semua orang seperti antum, lantas siapa lagi yang akan memberikan perhatian? Saudaraku yang begitu manja, seandainya bisa, ingin aku menduplikasi diriku, yang masing-masing diantaranya akan senantiasa memberikan perhatian ke antum, bertanya bagaimana kabar kuliah antum, atau sekedar bertanya, "Ada masalah apa?". Ah seandainya saja bisa. Belum lagi amanah yang kupikul tak memberiku banyak waktu luang untuk antum. Uang yang kupunya pun kadang mensulitkanku untuk sekedar memberi bingkisan atau bahkan SMS tausyiah kepada antum. Karena bahkan makan-pun terkadang aku kesulitan. Wahai saudaraku, jika orang-orang selevel antum masih bersikap begitu manja, ingin diperhatikan ini itu, lantas mau dibawa kemana dakwah ini? Ah saudaraku yang manja, tidaklah seorang anak itu lemah di usia dewasanya melainkan karena ia banyak dimanjakan di masa kecilnya. Bukankah antum-lah seharusnya yang banyak memberi perhatian? jika tidak, maka akan jadi apa ummat ini, apabila pilar-pilar penyokongnya saja sudah begitu manja. "Dan katakanlah : Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang terlah kamu kerjakan." (QS. At Taubah 105) Ketika antum protes aka segelintir ikhwah yang antum anggap tidak tawazun, dan antum kemudian menggeneralisir kami semua, aku jadi tertegun. Seperti inikah pola pikir orang-orang yang berakal? Atau hanya sekedar mengikuti bisikan hawa nafsu untuk alasan-alasan pembenarannya? Sesungguhnya tarbiyah ini telah menghasilkan orang-orang yang berkualitas. Orang-orang yang ibadahnya bagus, dakwahnya hebat. Orang-orang yang bagai singa di siang hari dan rahib-rahib di malam hari. Orang-orang yang tak pernah mengenyam pendidikan agama, bukan alumni pesantren, apalagi timur tengah, mereka yang hanya sekolah dan kuliah di sekolah-sekolah umum sekuler, namun ketika lulus, mereka layaknya keluar dari pesantren. Dan ketika antum hanya melihat segelintir dari mereka yang berbuat kesalahan, atau melakukan kemunduran bagi dakwah dan antum menggeneralisir semuanya, aku pun jadi heran, ternyata masih ada orang seperti ini? Jika seperti ini, seandainya ana seorang non muslim, tentulah ana tak akan pernah masuk Islam. Apabila setiap yang ana lihat adalah muslim, muslim yang korup, muslim yang jadi maling, muslim yang berzina, atau bahkan sekedar muslim yang diam sementara kemaksiatan disekitarnya merajalela.Ah, disisi ini terkadang aku setengah tertawa, ketika di satu sisi kau banyak menuntut, antum sering protes ini itu, mengkritik ana ini itu, antum bertanya kenapa di tandzim ini begini begitu, antum mengeluh kenapa masih banyak yang belum tersentuh Islam, dan lain-lain, namun justru hal yang sangat lucu ketika antum justru mundur dan tak berbuat apa-apa. Sungguh kritikan dan saran yang bangus dan sangat ana harapkan, namun sungguh aneh ketika antum menjadi orang-orang yang NATO, No Action Talk Only. Apa bedanya antum dengan komentator-komentator itu? "Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kau mengatakan sesuatu yang tak kau kerjakan?" (QS 61:2)Lantas apa bedanya antum dengan perkataan Bani Israel kepada Musa a.sMereka berkata : "hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasuki nya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja". (QS 5:24)Jika antum berkata kecewa pada sebagian orang-orang dalam dakwah ini, maka ana katakan, ana pun juga kecewa. Hanya saja ana tidak menggeneralisir, ana masih bisa berpikir objektif. Dan satu hal, ana melakukan aksi-aksi untuk melakukan perbaikan-perbaikan ini. Bukan lantas demikian pergi begitu saja, tidak!! Sekali lagi tidak, lihatlah mana yang komentator, mana yang pemain. Jika antum meninggalkan mereka yang kita sama-sama kecewa terhadapnya, maka ana lebih kecewa jika antum meninggalkan ana sendirian dalam melakukan perbaikan-perbaikan.


Wahai saudaraku... Alasan apa lagi yang akan antum ajukan? Sungguh pun seandainya aku mau, tentulah aku lebih berhak menggunakan alasan-alasan itu, ana-lah yang lebih berhak untuk mundur, ana-lah yang lebih berhak untuk berhenti, cuti, bahkan pensiun dari dakwah ini. Sungguh, dengan beratnya amanah yang sedang ana pikul ini, ana paling berhak mengatakan "ana tidak kuat", lalu ana pun mundur, berhenti, menghilang dari peredaran dakwah, bahkan bisa jadi pula bergabung dengan para pencela dakwah untuk sekedar mencari alasan pembenaran bagiku. Namun hal itu tidak ana lakukan. Seandainya bukan karena rahmat Allah kepadaku, tentulah ana tetap menjadi orang yang kufur dan fasik seperti masa SMP-ku dulu. Dan siapa lagi yang telah mengubah ana selain para dai-dai itu?"...tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.." (al Hujuraat 7)Dan.. tidak, ana bukanlah orang yang begitu egois, individualis, mementingkan keshalehan diri, tanpa peduli sudah berapa banyak ummat yang tersentuh oleh Islam? Aku bukan orang sosialis, tapi aku hidup dalam sebuah lingkup sosial. suatu ruang lingkup yang membutuhkan sentuhan Islam disana. Saudaraku, aku ingin mengabarkan sedikit kepadamu, Di kampus kita, ada satu sekret lembaga yang apabila malam, terkadang dipakai untuk mabuk-mabukan. Di kampus kita, ada orang-orang yang dengan bangga mengatakan, "Sholat? kapan ya terakhir kali aku sholat?". Di kampus kita, ada orang-orang yang menganggap semua agama adalah sama.Di kampus kita, ada orang-orang yang dengan memelintir dalil, mengatakan bahwa minuman keras adalah halal.Di kampus kita, ada satu sekret lembaga yang dijadikan tempat menonton film porno,Di kampus kita, ada satu sekret lembaga yang pernah dijadikan tempat mesum.Di kampus kita, ada sekret-sekret yang dijadikan sarang pemahaman komunis, atheis, pluralis, dll.Belum lagi jika ana katakan, betapa banyak teman-teman kita yang masih pacaran, bergandengan tangan bukan mahramnya dll, yang berboncengan berduaan sambil mengalungkan tangannya,betapa terkadang jika antum datang malam-malam, di kampus ini orang-orang duduk berduaan di kegelapan malam, entah apa yang mereka lakukan dan bicarakan.betapa banyak dari mahasiswi-mahasiswi yang pakaiannya perlu kita benahi, masih banyak yang berlum berjilbab, dan dari yang berjilbab, betapa banyak yang asal pakai.betapa banyak dari mahasiswa-mahasiswa yang ucapannya perlu diperbaiki, betapa banyak para pemimpin-pemimpin lembaga di kampus kita yang harus kita benahi akhlak, ucapan, dan perbuatannya.... betapa banyak!!! Apa yang ana tulis diatas, hanya sedikit dari kondisi nyata yang sesungguhnya. Sekali lagi hanya sebagian!!! Jika antum mengetahui lebih banyak lagi, tentulah antum akan semakin berkata, "Naudzubillah, summa naudzubillah".Pekerjaan ini masih banyak, namun orang-orangnya masih sedikit. Bagaimana antum akan menjawab, jika kelak di akhirat antum ditanya, "Kemana antum waktu orang-orang tersebut bermaksiat?"Antum masih akan tetap mundur? Silakan!! Sungguh pun seandainya di kampus kita hanya ada segelintir orang-orang yang memperjuangkan Islam ini dengan jiwa dan harta mereka, akan ana pastikan bahwa ana ada diantara mereka. Dan seandainya hanya ada satu saja mahasiswa yang memperjuangkan islam, maka akan ana pastikan bahwa ana adalah orangnya. Bukan karena ingin dipuji, bukan karena suatu kepentingan dunia, apakah itu harta, jabatan, atau ingin mendapat perhatian dari seorang ikhwan/akhwat, lantas kemudian aku berdakwah. Aku berlindung dari hal-hal hina seperti itu. Aku hanya ingin layaknya apa yang dikatakan orang-orang yang tetap teguh dalam menjalankan agamanya dijaman Bani Israel."Dan (ingatlah) ketika suatu umat diantara mereka berkata : "Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka, atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?" Mereka menjawab : Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu dan suapaya mereka bertakwa.; Maka taktala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik."(QS. Al A'raaf 164-165)Wahai saudaraku, kedzaliman tak akan berhenti ketika kita hanya diam. Ketika sebagian golongan manusia ber-fastabikul khoirot, ketahuilah bahwa sebagian golongan yang lain pun tak kalah dalam melakukan fastabikul syaiah (berlomba-lomba dalam keburukan).Ana ingin mengutip suatu perkataan, sebagaimana apa yang dikatakan oleh Umar bin Khattab saat menunjuk Sa'id bin Amir sebagai Gubernur di Syria, "Apakah kamu akan membebankan amanat dan khalifah di pundakku lalu meninggalkanku?"Sungguh dzalim perbuatan tersebut!! Wahai saudaraku, sungguh pun jangan dikira aku tak ingin bagus dalam akademis, jangan antum kira aku tak ingin sukses dalam pekerjaan nanti, tak ingin mendapat nilai bagus, tak ingin sukses dalam kuliah, mendapat beasiswa yang bagus, dan seterusnya. Sungguh pun, aku juga ingin mendapat hal seperti itu. Namun dunia tak bisa menjadikan aku mundur dari dakwah, sambil mencari-cari alasan apapun untuk itu. "Katakanlah : "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". an Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS At Taubah 24)Saudaraku, ana yakin antum pun sudah mengetahui, bahwa salah satu doa yang dimakbulkan oleh Allah adalah doa orang yang terdzalimi. Saudaraku, sungguh saat ini, ana sedang terdzalimi oleh perbuatan-perbuatan antum. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil, dari tekanan hutang dan kesewenang-wenangan orang. Ya Allah, jauhkanlah pula saudaraku dari semua hal buruk tersebut. Ya Rabb, jaga sahabat dakwahku ini, kuatkan pancang kakinya di jalanMu, kuatkan ruhnya dengan rahmatMu, dan jagalah ghirahnya agar tetap membara, buat dia tersenyum bahagia hingga Surga kelak., Ya Rabb, pertemukan kami dalam syurgaMu kelak, dalam barisan dai dan para syuhada.Ya saudaraku, aku rindu antum yang dulu...